Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 2
Silakan pelajari materi di bawah ini! Jangan lupa, Saudara perlu mengerjakan latihan dan evaluasi sebagai sarana untuk mengukur pemahaman materi pada CPMK 2.
Powered By EmbedPress
Sub-CPMK
Mahasiswa dapat menginterpretasikan pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai penalaran dan karangan.
Bahan Kajian
Selamat datang di CPMK 2! di sini kita akan membahas tentang penalaran dan karangan. Sebelum itu, kita akan membahas terlebih dahulu tentang apa itu penalaran serta jenis-jenis penalaran.
Menurut Fuadi dkk. (2016) penalaran, atau reasoning dalam bahasa Inggris, adalah serangkaian aktivitas yang secara sadar menerapkan prinsip-prinsip logika untuk mencapai suatu kesimpulan baru dari satu atau lebih premis yang diketahui. Ini melibatkan kemampuan sadar untuk menerapkan logika dalam menginterpretasikan informasi baru atau yang sudah ada untuk mencapai kesimpulan yang valid. Proses ini juga melibatkan penggunaan pola-pola beragam untuk mencari kebenaran. Penalaran tidak hanya terbatas pada penggunaan logika, tetapi juga melibatkan proses berpikir yang berakar pada pengamatan empiris, menghasilkan konsep-konsep baru dan penjabaran. Pengamatan ini menjadi dasar bagi pembentukan proposisi-proposisi yang kemudian digunakan untuk menyimpulkan proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Hubungan antara premis dan konklusi ini disebut konsekuensi. Menurut Sumartini (2015) penalaran adalah cara menggunakan nalar atau berpikir logis dalam mengembangkan pikiran dari fakta-fakta atau prinsip-prinsip yang ada. Secara ilmiah, penalaran adalah metode berpikir khusus untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, sehingga tidak semua kegiatan berpikir dapat dikategorikan sebagai penalaran. Misalnya, aktivitas seperti mengingat-ingat sesuatu atau melamun bukanlah bentuk dari penalaran. Dengan demikian, penalaran adalah proses berpikir yang menggunakan logika untuk menarik kesimpulan dari fakta-fakta (premis) yang dianggap benar.
Pengertian dasar penalaran merupakan pernyataan yang kemudian digunakan dalam analisis dan perbandingan. Secara etimologis, penalaran berasal dari kata dasar “nalar” yang merujuk pada pertimbangan mengenai kebaikan dan keburukan serta akal budi yang menjadi dasar bagi setiap keputusan yang rasional. Penalaran dengan akal dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan menilai apakah suatu pernyataan masuk akal. Mengingat manusia sebagai makhluk yang berpikir, merasa, bertindak, dan bersikap, penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak dengan simbol sebagai perwujudannya. Proposisi simbol dalam penalaran berbentuk pernyataan, yang dalam penalaran menjadi argumen yang menentukan kebenaran konklusi dari premis (Putri dkk., 2019).
Dari uraian di atas, jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia saling terkait, sehingga penalaran memerlukan proposisi yang mengandaikan pengertian. Maka, dapat dikatakan bahwa tidak ada proposisi tanpa pengertian, dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Pengertian yang diperluas akan menghasilkan proposisi, yang kemudian digunakan sebagai premis dalam penalaran. Atau dengan kata lain, untuk melakukan penalaran diperlukan proposisi, yang merupakan hasil dari serangkaian pengertian.
Haryono & Tanujaya (2016) berpendapat bahwa Karangan induktif adalah jenis karangan yang menggunakan pendekatan logika induktif dalam penyusunannya. Pendekatan induktif ini berfokus pada penggunaan fakta, contoh konkret, atau pengalaman spesifik untuk mencapai sebuah kesimpulan umum. Dalam karangan induktif, penulis menggunakan data atau informasi yang spesifik untuk membentuk pandangan atau kesimpulan yang lebih umum.
Karangan induktif sering digunakan dalam tulisan ilmiah, esai, atau artikel yang bertujuan untuk menyelidiki, menganalisis, atau menarik kesimpulan dari data empiris. Pendekatan induktif ini memungkinkan penulis untuk membangun argumen yang kuat dan meyakinkan dengan didukung oleh fakta-fakta atau contoh konkret yang relevan. Bentuk-bentuk penalaran induktif antara lain sebagai berikut:
1). Generalisasi
Penalaran induktif generalisasi menurut Wiranto (2024) adalah proses penarikan kesimpulan umum atau generalisasi berdasarkan pengamatan atau data spesifik yang terbatas. Dalam penalaran ini, individu menggunakan informasi atau contoh yang spesifik untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum atau universal. Prosesnya mirip dengan pembentukan hipotesis dalam metode ilmiah.
Berikut adalah langkah-langkah dalam penalaran induktif generalisasi:
a). Pengamatan: Langkah pertama adalah melakukan pengamatan terhadap fenomena atau data tertentu yang relevan dengan topik yang ingin diteliti.
b). Pengumpulan Data: Kemudian, data atau contoh konkret yang relevan dengan topik tersebut dikumpulkan. Data ini bisa berupa hasil observasi, hasil eksperimen, atau data empiris lainnya.
c). Analisis Data: Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menemukan pola atau tren yang muncul. Tujuannya adalah untuk memahami hubungan antara berbagai variabel atau aspek yang diamati.
d). Generalisasi: Berdasarkan analisis data, individu menarik kesimpulan umum atau generalisasi yang berlaku untuk situasi yang lebih luas. Ini melibatkan membuat asumsi atau pernyataan tentang hubungan yang mungkin ada di luar data yang diamati.
e). Penguatan Generalisasi: Setelah menarik kesimpulan umum, langkah terakhir adalah memperkuat generalisasi tersebut dengan memberikan dukungan tambahan, seperti contoh tambahan atau referensi dari penelitian sebelumnya.
Penalaran induktif generalisasi memiliki beberapa kelemahan, termasuk risiko kesalahan karena penarikan kesimpulan yang terlalu jauh dari data yang tersedia, atau karena kurangnya representasi data yang memadai. Namun, dengan penggunaan metode yang hati-hati dan pemilihan data yang cermat, penalaran induktif generalisasi dapat menjadi alat yang berguna dalam menemukan pola atau tren dalam data empiris dan memahami fenomena yang lebih luas. Berikut merupakan contoh dari bentuk penalaran generalisasi:
Bagaimana Anda menilai asumsi guru tersebut tentang manfaat pendekatan inklusi bagi murid-murid dengan disabilitas? Apakah informasi yang diberikan sudah cukup untuk membuat generalisasi seperti itu? Jelaskan pendapat Anda dengan alasan yang tepat!
Dalam kasus ini, guru membuat generalisasi bahwa pendekatan inklusi secara umum memberikan manfaat yang signifikan bagi semua murid dengan disabilitas berdasarkan peningkatan yang diamati pada sebagian besar murid di sekolah tersebut. Untuk mengevaluasi validitas generalisasi ini, perlu dipertimbangkan faktor-faktor seperti variasi jenis disabilitas, tingkat dukungan yang diberikan kepada murid-murid dengan disabilitas, dan karakteristik masing-masing murid. Informasi yang diberikan oleh guru (peningkatan kepercayaan diri, keterampilan sosial, dan pencapaian akademik) merupakan indikator yang positif. Namun, untuk membuat generalisasi yang kuat, diperlukan data lebih lanjut yang mencakup berbagai jenis disabilitas, hasil yang lebih spesifik dari masing-masing murid, serta perbandingan dengan kelompok kontrol atau data sebelum implementasi pendekatan inklusi.
2). Analogi
Penalaran induktif analogi menurut Rizkia (2023) adalah proses penarikan kesimpulan tentang suatu situasi atau fenomena berdasarkan kesamaan atau kemiripan dengan situasi atau fenomena lain yang sudah dikenal atau diamati sebelumnya. Dalam penalaran ini, analogi digunakan untuk memperluas pemahaman atau memprediksi hasil dalam suatu konteks yang belum dikenal.
Berikut adalah langkah-langkah dalam penalaran induktif analogi:
a). Identifikasi Analogi: Langkah pertama adalah mengidentifikasi kesamaan atau kemiripan antara dua situasi atau fenomena yang berbeda. Analogi dapat ditemukan dalam berbagai konteks, seperti alam, kehidupan sehari-hari, atau bidang ilmiah.
b). Analisis Analogi: Setelah analogi diidentifikasi, dilakukan analisis terhadap kesamaan atau kemiripan tersebut. Hal ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana karakteristik atau aspek tertentu dari satu situasi dapat diterapkan pada situasi lain.
c). Penarikan Kesimpulan: Berdasarkan analisis analogi, kesimpulan umum atau prediksi tentang situasi yang belum dikenal dapat ditarik. Ini melibatkan membuat asumsi atau hipotesis tentang bagaimana situasi yang serupa dalam beberapa aspek akan bereaksi atau berkembang.
d). Penguatan Kesimpulan: Setelah kesimpulan ditarik, langkah terakhir adalah memperkuat kesimpulan tersebut dengan memberikan dukungan tambahan, seperti data empiris atau contoh konkret yang mendukung analogi yang dibuat.
Penalaran induktif analogi memiliki keunggulan dalam membantu pemahaman tentang situasi yang kompleks atau tidak familiar dengan menggunakan analogi yang lebih sederhana atau sudah dikenal. Namun, penting untuk diingat bahwa analogi tidak selalu sempurna, dan kesimpulan yang ditarik dari analogi perlu dipertimbangkan dengan hati-hati. Kesamaan antara dua situasi tidak selalu menjamin bahwa hasil atau karakteristik dari satu situasi akan sama persis dengan yang lain.
3). Sebab Akibat
Penalaran induktif sebab-akibat menurut Nurlilia (2023) adalah proses penarikan kesimpulan tentang hubungan sebab-akibat antara dua atau lebih fenomena berdasarkan pengamatan atau data spesifik. Dalam penalaran ini, individu menggunakan informasi tentang hubungan sebab-akibat yang diamati untuk membuat asumsi atau prediksi tentang situasi yang belum diamati atau dipahami.
Berikut adalah langkah-langkah dalam penalaran induktif sebab-akibat:
a). Identifikasi Sebab-Akibat: Langkah pertama adalah mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara dua fenomena atau peristiwa. Sebab adalah faktor atau kondisi yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa, sedangkan akibat adalah hasil atau konsekuensi dari peristiwa tersebut.
b). Pengumpulan Data: Setelah sebab-akibat diidentifikasi, data atau informasi yang relevan dengan hubungan tersebut dikumpulkan. Data ini bisa berupa pengamatan langsung, hasil penelitian sebelumnya, atau data empiris lainnya.
c). Analisis Data: Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menentukan kekuatan hubungan sebab-akibat antara fenomena yang diamati. Hal ini melibatkan penelusuran pola atau tren yang menunjukkan bahwa sebab tertentu cenderung menghasilkan akibat tertentu.
d). Penarikan Kesimpulan: Berdasarkan analisis data, kesimpulan tentang hubungan sebab-akibat yang lebih umum atau universal dapat ditarik. Ini melibatkan membuat asumsi atau prediksi tentang hubungan sebab-akibat yang mungkin ada di luar data yang diamati.
e). Penguatan Kesimpulan: Setelah kesimpulan ditarik, langkah terakhir adalah memperkuat kesimpulan tersebut dengan memberikan dukungan tambahan, seperti data tambahan atau contoh konkret yang mendukung hubungan sebab-akibat yang diidentifikasi.
Penalaran induktif sebab-akibat dapat membantu individu memahami penyebab dari suatu fenomena atau peristiwa, serta memprediksi konsekuensi dari tindakan tertentu. Namun, penting untuk diingat bahwa hubungan sebab-akibat tidak selalu bersifat kausal atau pasti, dan kesimpulan yang ditarik perlu dipertimbangkan dengan hati-hati berdasarkan kekuatan bukti yang ada. Berikut adalah contoh kalimat penalaran induktif sebab-akibat:
Rekan mahasiswa yang budiman, setelah kalian memahami tentang pengertian, jenis, serta contoh dari penalaran induktif, selanjutnya kita akan mempelajari tentang pengertian penalaran deduktif, jenis, beserta contoh-contoh nya. Selanjutnya kita simak pembahasan berikut ini.
b. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penarikan kesimpulan yang mengikuti logika dari yang umum atau umum ke yang khusus atau spesifik. Dalam penalaran deduktif, kesimpulan yang dihasilkan adalah suatu konsekuensi logis dari premis-premis yang telah diterima sebagai benar. Dengan kata lain, dalam penalaran deduktif, kesimpulan yang dihasilkan sudah terkandung dalam premis-premis yang diberikan (Fajriyah & Hadi, 2023).
Menurut Mulkis dkk. (2024) Penalaran deduktif sering digunakan dalam matematika, logika, dan ilmu formal lainnya, serta dalam proses pembuktian dan argumen ilmiah. Penalaran deduktif memungkinkan untuk menarik kesimpulan yang pasti dan akurat dari premis-premis yang diberikan, sehingga merupakan alat yang penting dalam berpikir logis dan analitis. Bentuk-bentuk penalaran induktif antara lain sebagai berikut:
1). Penalaran Deduktif Silogisme
Deduktif silogisme menurut Khanifah dkk. (2024) adalah suatu bentuk penalaran deduktif yang terdiri dari dua premis yang mendukung suatu kesimpulan. Dalam silogisme, terdapat dua proposisi yang disebut premis mayor (major premise) dan premis minor (minor premise), serta sebuah kesimpulan yang dihasilkan dari kedua premis tersebut.
Berikut adalah struktur umum dari deduktif silogisme:
a). Premis Mayor (Major Premise): Premis yang menyatakan hubungan umum antara kategori atau kelompok tertentu.
b). Premis Minor (Minor Premise): Premis yang menyatakan hubungan spesifik antara suatu contoh atau kasus tertentu dengan kategori yang sama yang disebutkan dalam premis mayor.
c). Kesimpulan: Kesimpulan yang ditarik dari kedua premis tersebut berdasarkan hubungan yang dinyatakan dalam premis mayor dan premis minor.
2). Penalaran Deduktif Entimen
Penalaran deduktif menurut Dewi dkk. (2023) dengan menggunakan entimen merupakan suatu bentuk logika deduktif yang melibatkan suatu premis yang tidak dinyatakan secara langsung, tetapi diimplikasikan atau tersirat dari konteks atau keadaan tertentu. Premis yang tidak langsung ini seringkali didasarkan pada pengetahuan umum atau keyakinan yang telah diterima secara luas.
Penalaran deduktif dengan entimen sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan dalam membaca teks atau argumen yang tidak selalu menyatakan semua premis secara langsung. Kemampuan untuk mengenali premis yang tersirat ini dapat membantu dalam membuat kesimpulan yang logis dan tepat (Febriyani, 2023).
Ayo cermati dan analisis contoh tersebut!
Kalimat ini mencerminkan perasaan frustrasi karena mahasiswa menghadapi kesulitan dalam mengakses informasi secara optimal akibat kurangnya fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan auditifnya. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas belajar dan rasa percaya diri mereka dalam lingkungan akademis.
Nah kalian sudah mengerti tentang penalaran kan? selanjutnya kita akan membahas tentang bab karangan. di sini kita akan membahas tentang pengertian karangan serta jenis-jenis karangan. Mari simak bab berikut!
Karangan adalah sebuah tulisan yang memaparkan atau mengungkapkan suatu gagasan, pendapat, atau informasi tentang suatu topik atau tema tertentu. Dalam konteks penulisan, karangan sering kali merupakan bentuk komposisi tulisan yang lebih luas daripada esai atau artikel, tetapi lebih pendek daripada karya ilmiah atau buku. Karangan bisa ditulis dalam berbagai gaya dan genre, seperti naratif, deskriptif, argumentatif, atau ekspositori. Karangan dapat ditulis untuk berbagai tujuan, seperti menghibur, mengajar, menginformasikan, atau meyakinkan pembaca. Oleh karena itu, gaya dan struktur karangan dapat bervariasi tergantung pada konteksnya, misalnya karangan naratif mungkin memiliki alur cerita yang jelas, sementara karangan argumentatif cenderung memiliki struktur yang lebih logis dan terorganisir untuk mendukung sebuah pendapat atau klaim (Telaumbanua, 2023).
a). Karangan Naratif
Karangan naratif adalah jenis tulisan atau karya sastra yang berfokus pada penceritaan suatu kisah atau cerita dengan menggunakan alur cerita, karakter, latar, dan konflik untuk menghibur pembaca (Sugiharti & Oktaviana, 2023). Dalam karangan naratif, penulis menghadirkan narasi yang mengalir secara kronologis atau sekuensial, memperkenalkan tokoh-tokoh, menggambarkan latar tempat dan waktu, serta menyajikan konflik atau peristiwa yang membangun ketegangan dalam cerita. Tujuan utama dari karangan naratif adalah menghibur pembaca dengan memasukkan mereka ke dalam dunia imajinatif yang diciptakan oleh penulis. Melalui karakter-karakter yang hidup, alur cerita yang menarik, dan konflik yang membingkai kisah, karangan naratif dapat menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan dan memikat. Dalam konteks pendidikan, karangan naratif juga sering digunakan sebagai salah satu bentuk latihan menulis di sekolah untuk mengembangkan keterampilan bercerita, penggunaan bahasa yang tepat, serta kemampuan menyusun struktur narasi yang baik (Khasanah dkk., 2024).
b). Karangan Deskriptif
Karangan Deskriptif menurut Dewi dkk. (2023) jenis tulisan yang bertujuan untuk menggambarkan suatu objek, tempat, peristiwa, atau pengalaman dengan detail dan imajinatif. Tujuannya adalah untuk membangkitkan gambaran yang jelas dan mendalam dalam pikiran pembaca tentang apa yang dideskripsikan. Siregar (2023) berpendapat bahwa tujuan utama dari karangan deskriptif adalah untuk menggambarkan suatu objek, tempat, peristiwa, atau pengalaman dengan detail yang mendalam sehingga membentuk gambaran yang jelas dan hidup dalam pikiran pembaca. Tujuan khusus dari karangan deskriptif dapat meliputi: Memberikan gambaran yang detail dan imajinatif, menginspirasi dan memotivasi, menghibur dan memikat perhatian, membangun koneksi emosional, serta mendukung tujuan edukatif atau informasional penting untuk dipahami oleh pembaca. Dengan demikian, tujuan utama dari karangan deskriptif adalah untuk mengkomunikasikan pengalaman visual dan sensorik secara efektif kepada pembaca sehingga mereka dapat memahami, merasakan, dan mengapresiasi objek atau pengalaman yang dideskripsikan dengan cara yang mendalam dan personal.
c). Karangan Argumentatif
Karangan argumentatif adalah jenis tulisan atau karya sastra yang bertujuan untuk mengemukakan suatu argumen atau pendapat tertentu tentang suatu topik atau isu yang kontroversial. Dalam karangan argumentatif, penulis menguraikan dan mendukung argumennya dengan menggunakan bukti, data, fakta, dan logika yang kuat untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran atau kevalidan pendapatnya (Zendrato dkk. 2023). Tujuan utama dari karangan argumentatif adalah untuk meyakinkan pembaca agar memahami dan menerima pandangan atau posisi penulis tentang suatu isu. Untuk mencapai tujuan ini, penulis perlu menyajikan argumen yang jelas, logis, dan terorganisir dengan baik, serta memberikan bukti atau dukungan yang relevan dan kuat. Melalui karangan argumentatif, pembaca diharapkan dapat mempertimbangkan berbagai sudut pandang tentang suatu isu, serta mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang argumen yang disajikan oleh penulis. Karangan ini juga dapat menjadi sarana untuk memicu diskusi, debat, atau refleksi tentang berbagai isu yang relevan dalam masyarakat (Sudarja, 2024).
d). Karangan Ekspositori
Karangan ekspositori adalah jenis tulisan atau karya sastra yang bertujuan untuk menjelaskan, menguraikan, atau menginformasikan suatu topik atau konsep secara terperinci dan obyektif (Putri, 2023). Dalam karangan ekspositori, penulis menyajikan informasi atau penjelasan yang berbasis fakta, data, dan logika, tanpa menyertakan opini pribadi atau argumen subjektif. Tujuan utama dari karangan ekspositori adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu topik atau konsep kepada pembaca (Fitria, 2023). Untuk mencapai tujuan ini, penulis perlu menyajikan informasi yang terstruktur dan terorganisir dengan baik, serta menggunakan bahasa yang jelas, lugas, dan mudah dipahami. Melalui karangan ekspositori, pembaca diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang suatu topik atau konsep, serta mampu mengaplikasikan informasi tersebut dalam konteks yang relevan. Karangan ini juga dapat menjadi sumber referensi yang berguna bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang topik yang dibahas (Pasiri, 2023).
3). Elemen Penting Penyusun Karangan
Elemen-elemen penting dalam penyusunan sebuah karangan dapat mencakup tema, tujuan, judul, pendahuluan, isi (pembahasan), penutup (simpulan), kohesi dan koherensi, dan bahasa. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Tema
Tema adalah gagasan pokok yang menjadi dasar pengembangan sebuah karangan. Tema ini menentukan arah pembahasan dan isi keseluruhan karangan. Memilih tema yang tepat sangat penting karena tema adalah jantung dari karangan. Tema bisa beragam, mulai dari tema sosial, pendidikan, lingkungan, hingga budaya. Dalam proses penulisan, semua bagian karangan harus tetap berkaitan dan mendukung tema yang sudah dipilih, sehingga karangan memiliki kesatuan yang jelas.
b) Tujuan
Tujuan karangan adalah maksud yang ingin dicapai penulis melalui karangannya. Tujuan bisa bersifat informatif (memberikan pengetahuan), persuasif (membujuk pembaca), ekspresif (mengekspresikan perasaan), atau deskriptif (melukiskan sesuatu). Menentukan tujuan sejak awal membantu penulis dalam mengarahkan alur dan gaya penulisan. Misalnya, jika tujuan karangan adalah untuk membujuk, penulis harus menekankan argumen yang kuat dan memikat.
c) Judul
Judul adalah wajah pertama dari karangan yang akan dilihat oleh pembaca. Judul mencerminkan isi karangan dan harus dapat menarik perhatian pembaca. Judul yang baik harus relevan dengan tema dan isi karangan serta bersifat singkat namun padat. Pemilihan judul yang tepat juga harus mempertimbangkan ketertarikan pembaca dan memberi gambaran sekilas tentang isi karangan. Judul yang menarik mampu membangkitkan rasa penasaran pembaca untuk membaca lebih lanjut.
d) Pendahuluan
Pendahuluan adalah bagian pembuka yang bertujuan memperkenalkan topik, memberikan latar belakang masalah, serta menyajikan alasan mengapa topik tersebut penting untuk dibahas. Pendahuluan juga berfungsi untuk menarik minat pembaca dan mengarahkan mereka ke bagian isi. Bagian ini biasanya mencakup pernyataan tema, pengenalan topik, serta sedikit gambaran mengenai apa yang akan dibahas dalam karangan. Pendahuluan yang baik harus bisa mengaitkan perhatian pembaca sejak awal.
e) Isi (Pembahasan)
Isi adalah bagian utama dalam karangan yang berisi penjelasan, argumentasi, deskripsi, atau narasi yang dikembangkan berdasarkan tema. Di sini, penulis menguraikan ide-ide secara terperinci, menyampaikan fakta, memberikan bukti, atau menceritakan kisah yang relevan dengan tema. Struktur pembahasan harus logis dan terorganisir dengan baik, sehingga alur cerita atau argumen mudah diikuti oleh pembaca. Isi karangan harus menyajikan informasi yang lengkap dan mendalam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
f) Penutup (simpulan)
Penutup adalah bagian yang merangkum isi karangan dan memberikan kesimpulan yang relevan. Bagian ini mengakhiri karangan dengan memberikan simpulan dari pembahasan yang telah dilakukan. Kesimpulan biasanya menyertakan ringkasan dari poin-poin penting dan bisa juga berisi pandangan akhir, rekomendasi, atau pesan moral dari penulis. Penutup yang baik harus bisa meninggalkan kesan yang kuat pada pembaca dan menegaskan pesan utama dari karangan.
g) Kohesi dan Koherensi
Kohesi adalah keterkaitan antar kalimat dan paragraf dalam karangan. Kohesi tercapai melalui penggunaan kata penghubung, pronomina, atau perangkat bahasa lainnya yang membuat kalimat dan paragraf terhubung secara logis. Koherensi, di sisi lain, adalah keteraturan ide-ide sehingga alur pikiran dalam karangan mengalir dengan baik. Karangan yang koheren memiliki hubungan antar ide yang jelas, sehingga pembaca dapat memahami isi karangan dengan lancar. Kohesi dan koherensi sangat penting agar karangan tidak terasa “loncat-loncat” dan tetap terstruktur.
h) Bahasa
Bahasa dalam karangan harus disesuaikan dengan audiens, konteks, dan tujuan penulisan. Pemilihan kata yang tepat, tata bahasa yang baik, serta gaya penulisan yang sesuai akan sangat mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan pembaca. Untuk karangan formal, penggunaan bahasa baku dan kalimat yang lugas lebih disarankan. Sementara itu, dalam karangan kreatif atau naratif, penulis bisa lebih bebas bereksperimen dengan gaya bahasa, metafora, atau majas. Kesederhanaan dan kejelasan juga sangat penting agar pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh pembaca.
Gabungan dari semua elemen di atas menciptakan karangan yang utuh dan efektif. Sebuah karangan yang baik tidak hanya informatif tetapi juga menyenangkan untuk dibaca, mampu menyampaikan pesan dengan jelas, dan meninggalkan kesan yang mendalam pada pembaca. Penulis yang baik adalah mereka yang mampu mengintegrasikan semua elemen ini secara harmonis sehingga setiap bagian saling mendukung dalam menyampaikan ide atau cerita utama.
Penalaran merupakan kemampuan untuk menyusun argumen atau pendapat secara logis dan konsisten berdasarkan bukti atau alasan yang relevan. Dalam konteks penulisan karangan, kemampuan penalaran memainkan peran penting dalam menyampaikan gagasan atau pendapat dengan jelas dan persuasif kepada pembaca. Proses penalaran dimulai dengan merumuskan premis-premis atau dasar-dasar yang mendukung suatu argumen, kemudian mengembangkannya dengan penjelasan yang logis dan bukti-bukti yang mendukung. Setiap premis dan kesimpulan harus saling terhubung secara kohesif untuk memastikan keberhasilan dalam mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan.
Dalam menulis karangan, penggunaan penalaran yang efektif dapat membantu membangun struktur yang jelas dan memperkuat argumen yang disajikan. Kemampuan untuk menyusun premis-premis yang kuat dan mengikatnya dengan alur berpikir yang konsisten akan meningkatkan kejelasan dan persuasivitas tulisan. Oleh karena itu, penalaran tidak hanya merupakan keterampilan intelektual, tetapi juga merupakan kunci dalam mengembangkan karangan yang informatif dan meyakinkan bagi pembaca.
Time’s up
Sebelum mengerjakan soal evaluasi, perhatikan indikator berikut sebagai acuan dalam menjawab soal.
Setelah mempelajari indikator soal, ayo kerjakan soal berikut
Dewi, A. Y., Pebriana, P. H., Ananda, R., Pahrul, Y., & Sumianto, S. (2023). Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Metode Field Trip Siswa Sekolah Dasar. Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 7(1), 185-193. http://dx.doi.org/10.35931/am.v7i1.1492.
Dewi, P., Nasution, T. A., Ahmad, W., & Nasution, F. (2023). Keterampilan Berpikir sebagai Bagian dari Proses Kognitif Kompleks Siswa. Jurnal Dirosah Islamiyah, 5(2), 544-552. https://doi.org/10.47467/jdi.v5i2.3072.