Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) 3
Silakan pelajari materi di bawah ini! Jangan lupa, Saudara perlu mengerjakan latihan dan evaluasi sebagai sarana untuk mengukur pemahaman materi pada CPMK 3.
Powered By EmbedPress
Sub-CPMK
Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah serta dapat mewujudkan dalam bahasa Indonesia ragam lisan dan tulis
Bahan Kajian
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, setelah Saudara membaca bab 2 mengenai penalaran dan karangan. Pada bab 3 ini, Saudara akan mempelajari tentang kaidah makna, kaidah sosial dan kaidah karang mengarang. Mari simak materi di bawah ini!
Kaidah makna merujuk pada suatu persyaratan tentang ketepatan dalam memilih suatu kata sebagai lambang objek definisi atau gagasan-gagasan yang mencakup bermacam aspek (Sumiaty, 2022).
Kaidah makna meliputi beberapa aspek sebagai berikut.
Sinonim adalah kata yang mempunyai kemiripan makna dalam suatu bahasa. Menurut Lestari (2019) Sinonim adalah persamaan suatu kata pada suatu bahasa. Kata maupun sekelompok kata mengandung arti yang sama antara satu sama lain. Menurut Tarigan dalam Sari dkk. (2019) sinonim merupakan suatu kata yang memiliki makna mirip atau sama antara satu sama lain dalam maksud tertentu. Sinonim juga memiliki perbedaan dalam penggunaan yang lebih khusus. Sinonim dapat membantu untuk memperbanyak kosakata penutur.
Saudara mahasiswa yang cendikiawan. Simaklah cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa, setelah membaca cerita di atas. Apakah Saudara mahasiswa menemukan 2 kata yang memiliki makna sama? Coba Saudara tentukan!
Setelah membaca pembahasan di atas, Saudara mahasiswa pasti sudah bisa menentukan kata-kata yang mengandung sinonim. Coba Saudara tentukan kata yang memiliki sinonim pada cerita di bawah ini!
Menurut Karim dkk. (2013) antonim merupakan keterkaitan semantik antara dua dari satuan ujaran yang bermakna pertentangan dan berkebalikan antara satu sama lain. Keterkaitan dua antara satuan ujaran berantonim yang memiliki sifat dua arah. Menurut Manaf (2010) antonim merupakan kata yang mempunyai arti berlawanan antara satu kata dengan kata lain pada konsep yang diungkapkan. Arti dari satuan bahasa dengan bahasa lain membentuk suatu kebalikan atau pertentangan makna, contoh kata mati dengan hidup. Antonim digunakan untuk menyatakan perbedaan antara dua gagasan. Pada suatu pembelajaran, hal ini berguna untuk memperbanyak kosakata peserta didik dalam memilih antonim dari suatu kata.
Saudara mahasiswa setelah menyimak contoh antonim pada pernyataan di atas. Coba tentukanlah kata yang mengandung antonim pada cerita di bawah ini!
Apakah Saudara mahasiswa menemukan kata yang mengandung antonim? Coba tuliskan kata antonim yang Saudara mahasiswa temukan di contoh kalimat di atas!
Untuk memeriksa jawaban Saudara mahasiswa sudah tepat atau belum, mari simak pembahasan di bawah ini.
Saudara mahasiswa setelah menyimak contoh antonim pada pernyataan di atas. Coba tentukan kata yang mengandung antonim pada cerita di bawah ini!
Menurut Ibrahim & Nurmalasari (2012) denotasi mengacu pada arti atau makna kata yang memiliki sifat nyata dan sesuai makna dari kata pembangun. Denotasi berkaitan dengan suatu pernyataan atau informasi yang memiliki sifat aktual seperti pada suatu karya ilmiah. Menurut Ulmann (2012) makna denotasi biasa disebut sebagai makna referensial. Makna referensial merupakan suatu makna yang sesuai dengan hasil observasi atau pengamatan melalui pendengaran, penciuman, penglihatan dan indra yang lain.
Penggunaan makna denotasi tidak jauh dari kehidupan sehari-hari Saudara mahasiswa loh! Denotasi digunakan untuk berinteraksi dengan kalimat yang memberikan harfiah secara langsung. Sebagai contoh, simaklah kalimat denotasi di bawah ini!
Menurut Suhardi dalam Nisa & Febriani (2022) konotasi biasa disebut sebagai makna kiasan atau makna yang ditimbulkan oleh imajinasi pengarang. Makna konotasi adalah suatu makna yang ditimbulkan dari data tidak fakta. Data ini memiliki sifat tidak nyata atau disebut fiktif. Makna konotasi biasa digunakan pada karya sastra meliputi puisi, drama, dan novel. Makna konotasi sering ditemukan pada imajinasi penulis.
Saudara mahasiswa, untuk menambah pemahaman mengenai konotasi. Simaklah cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa, apakah menemukan makna konotasi pada cerita di atas? Apabila belum, simaklah pernyataan di bawah ini untuk mengetahui makna konotasi pada cerita di atas!
Saudara mahasiswa yang cendikiawan, simaklah narasi di bawah ini dan tentukan kata yang termasuk ke dalam kata konotasi!
Kata abstrak merupakan kata yang memiliki rujukan berupa suatu konsep. Kata abstrak sulit untuk dilukiskan sebab rujukan tidak bisa diterima oleh indra manusia. Kata abstrak mengacu pada kualitas (buruk, baik) dan pemikiran (kepercayaan, penetapan, kecurigaan). Kata abstrak biasa digunakan untuk mengungkapkan pikiran yang memiliki sifat khusus dan teknis (Widjono, 2007). Kata abstrak dipakai dalam menjelaskan suatu pendapat yang rumit. Kata abstrak dapat membedakan gagasan yang memiliki sifat khusus dan teknis secara samar (Anam, 2023).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, cermati cerita di bawah ini! Kemudian coba Saudara tentukan kata abstrak pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, apakah Saudara menemukan kata abstrak pada cerita di atas? Apabila Saudara mahasiswa belum menemukan, mari simak penjelasan di bawah ini!
Kata konkret adalah kata-kata yang mampu untuk membangunkan imaji dan dapat memunculkan pengertian secara menyeluruh pada bait pantun baik pada isi maupun sampiran dengan kata konkret. Pembaca dan pendengar dapat berimajinasi secara jelas mengenai keadaan maupun peristiwa yang digambarkan oleh penyair atau penulis (Asmal dkk., 2012). Kata konkret merupakan suatu kata yang mampu dimengerti oleh pancaindra yang dapat menggugah daya imaji. Kata-kata konkret berkaitan dengan kata lambang atau kata kiasan (Ginanjar dkk., 2018).
Kata konkret merujuk pada suatu hal yang dapat kita Indra langsung dengan pancaindra. Kata konkret merujuk pada suatu hal yang nyata. Sebagai contoh, mari kita simak pernyataan di bawah ini!
Kata umum merupakan kata yang memiliki makna umum dan merujuk pada suatu hal yang luas dan meliputi sejumlah istilah tertentu. Kata umum mencakup objek dan bidang tidak secara spesifik mengacu atau mempresentasikan objek atau bidang tertentu. Kata umum tidak mempunyai keterkaitan erat dengan objek. Kata umum diaplikasikan pada bermacam hal, keseluruhan atau kumpulan sifat barang. Kata umum juga biasa disebut hipernim (Gunawan, 2016).
Kata umum mempunyai mencakup banyak hal dan ruang lingkup luas. Kata umum memberikan gambaran atau penjelasan yang terbatas. Semakin umum atau luas kata, maka gambaran dan penjelasan mengenai suatu hal akan tidak terlalu jelas dan terbatas. Sehingga hal tersebut memungkinkan dapat menimbulkan salah pengertian (Triningsih, 2018).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan. Mari simak cerita di bawah ini! Kemudian coba Saudara identifikasi kata umum pada cerita di bawah ini!
Apakah Saudara mahasiswa menemukan kata umum yang terdapat pada cerita di atas? Apabila Saudara mahasiswa belum menemukan, Simaklah penjelasan di bawah ini!
Kata khusus adalah suatu kata yang merujuk pada pengarahan yang khusus. Kata khusus menunjukkan pada konkret suatu objek yang konkrit dan khusus (Hidayah, 2016). Kata khusus merupakan suatu kata yang memiliki jangkauan lingkup makna lebih sempit. Kata khusus merujuk pada suatu hal yang mempunyai kegunaan dan karakteristik. Penggunaan kata khusus dibatasi pada keadaan, kebutuhan, dan kelompok tertentu (Wardhani, 2021).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan. Mari cerita di bawah ini! Kemudian temukan kata khusus yang Saudara temukan pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan. Apakah saudara menemukan kata khusus pada cerita di atas? Apabila belum, mari simak penjelasan di bawah ini!
Kata populer merupakan kata-kata terkemuka yang banyak diketahui oleh pembaca atau khalayak umum sehingga mudah dicerna dan dipahami. Untuk contoh kata kualitas yang lebih tepat pada editorial dari kata mutu. Meskipun kata kualitas dan kata mutu mempunyai makna yang sama. Contoh kata populer meliputi kata ambruk, patut, meningkatkan, dibangun, dan yang lain (Ningsih dkk., 2019).
Setelah Saudara menyimak pembahasan mengenai kata populer. coba tentukan kata yang termasuk kata populer pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa pasti sudah menemukan kata populer dari cerita di atas. Untuk mengetahui apakah jawaban Saudara sudah tepat, mari simak penjelasan di bawah ini!
Kata kajian bermula pada kata kaji yang memiliki arti penyelidikan mengenai sesuatu dan pelajaran. Kata kajian berarti suatu cara, proses mengkaji, penyelidikan, dan penelaahan memahami secara mendalam pada objek. Kata kajian merupakan kata yang harus dianalisis lebih dalam mengenai makna karena tidak dimengerti oleh banyak orang. Kata ini digunakan dalam kepentingan pengkajian dan keilmuan (Manumpahi dkk., 2016).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan pasti sudah memahami kata kajian setelah pembahasan di atas. Untuk mengetes pemahaman Saudara, temukan kata kajian pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa pasti sudah menemukan kata kajian yang terdapat pada cerita di atas. Apakah kata kajian yang Saudara temukan sudah tepat? Pasti Saudara mahasiswa penasaran! Mari simak penjelasan di bawah ini!
Jargon merupakan ragam sosial yang dipakai terbatas oleh kelompok masyarakat sosial tertentu. Ragam bahasa yang dipakai ini jarang dipahami oleh masyarakat umum atau orang lain diluar kelompok. Kendati ragam bahasa tidak dipahami oleh seseorang, tetapi ragam bahasa jargon ini tidak rahasia. Sebagai contoh dalam komunitas atau geng pengendara motor, tercipta beberapa istilah dan ungkapan yang digunakan berkomunikasi. Seperti istilah dibentak, dikeset, dipoles, dikorter dan istilah yang lain (Sastraatmaja, 2013).
Jargon merupakan bahasa khusus yang digunakan secara terbatas pada bidang profesi, ilmu, maupun suatu kelompok dalam berkomunikasi. Sebagai contoh, mari Saudara simak cerita dan pembahasan di bawah ini!
Setelah Saudara menyimak cerita di atas, mari simak dan pahami pembahasan di bawah ini!
Menurut Suhendar (2016) slang merupakan variasi bahasa yang memiliki sifat rahasia dan khusus. Variasi bahasa ini hanya dapat dipahami oleh para pengguna. Variasi bahasa slang memiliki sifat temporal sesuai dengan kesepakatan dan keefektifan variasi bahasa ini untuk digunakan. Sebagai contoh siswa yang menggunakan variasi bahasa atau istilah-istilah yang berkembang dilingkungan sekitar mereka. Istilah ini bersifat umum dan mulai memudar seiring perkembangan lingkungan.
Saudara mahasiswa yang cendekiawan. Mari simak cerita di bawah ini! Kemudian coba Saudara temukan slang dalam cerita di bawah ini
Apakah Saudara mahasiswa menemukan slang setelah membaca cerita di atas. Apabila Saudara belum menemukan, mari simak peryataan di bawah ini!
Dalam bahasa Indonesia terdapat berbagai macam perubahan makna, antara lain sebagai berikut.
Generalisasi merupakan proses perluasan suatu makna kata. Menurut Kosasih (2017) generalisasi atau biasa disebut perluasan makna terjadi ketika lingkup makna kata lebih luas dari pada makna asal dari suatu kata. Tetapi makna total merupakan perubahan makna suatu kata yang memiliki makna yang sangat berbeda dari makna asli suatu kata. Menurut Salsabila (2023) generalisasi atau makna meluas merupakan suatu dampak yang terjadi pada suatu leksem ataupun kata pada awalnya mempunyai makna, namun karena bermacam faktor menyebabkan mempunyai makna yang lain.
Setelah menyimak pembahasan generalisasi. Mari simak cerita di bawah ini dan coba Saudara mahasiswa temukan kata yang mengalami perubahan makna generalisasi!
Apakah Saudara menemukan kata yang mengalami perubahan makna generalisasi pada cerita di atas? Untuk mengetahui jawaban Saudara tepat atau belum, mari simak penjelasan di bawah ini!
Perubahan suatu makna sering menjadi ke kata yang lebih khusus dan sempit. Seiring berjalan waktu, kata-kata mulai memudar keanekaragaman makna dan lebih mengarah pada penggunaan yang lebih khusus dan terbatas. Spesialisasi atau penyempitan makna merupakan suatu gejala pada suatu kata yang pada berawal mempunyai makna yang luas, lalu beralih menjadi suatu makna saja yang terbatas (Chaer dalam Muzaiyanah, 2012). Spesialisasi adalah perubahan suatu makna pada leksem atau kata yang mempunyai lingkup makna cukup luas. Makna luas kemudian berganti menjadi spesifik hanya memiliki satu makna (Fareza, 2020).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, simak dan pahami cerita di bawah ini! Kemudian tentukan kata yang mengalami perubahan makna spesialisasi pada cerita tersebut!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, dapat diketahui bahwa perubahan makna spesialisasi terdapat pada kata “ahli” dan “sarjana”. Untuk mengetahui pemahaman lebih lanjut, mari simak penjelasan di bawah ini!
Ameliorasi atau peninggian makna adalah proses peralihan suatu makna yang menjadi lebih baik, lebih tinggi, dan lebih sopan dari makna kata sebelumnya. Peninggian kata atau ameliorasi ini bertujuan untuk memberi penghormatan atau penghargaan pada suatu objek khusus dengan suatu kata (Ketriyawati, 2019). Ameliorasi dapat terjadi ketika suatu kata mempunyai makna dengan konotasi maupun nilai lebih baik daripada makna awal kata. Ameliorasi digunakan dalam pembicaraan menunjukkan bentuk-bentuk kata yang mempunyai arti yang lebih sopan dan lebih halus. (Rahma dkk., 2018).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, mari simak cerita di bawah ini dengan seksama! Kemudian coba Saudara cari dan analisislah perubahan makna ameliorasi pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa pasti sudah menganalisis perubahan makna ameliorasi yang Saudara temukan pada cerita di atas. Untuk mengetahui hasil analisis Saudara mahasiswa sudah tepat atau belum, mari simak pembahasan di bawah ini!
Peyorasi merupakan perubahan suatu makna yang menjadikan makna baru memiliki nilai dirasa kurang baik, kurang menyenangkan, dan lebih rendah nilainya dibandingkan makna lama. Kata yang mengalami penurunan makna menjadi lebih kurang jelek dan kurang sopan dari pada kata dahulu (Sibuea, 2017). Perubahan makna pada peyorasi mengakibatkan suatu ungkapan atau kata mengartikan suatu hal yang kurang menyenangkan, kurang baik, kurang bermutu, dan kurang enak dilihat atau didengar dibanding makna semula. Pada peyorasi perubahan makna baru di rasa memiliki arti yang lebih rendah dari makna dulu (Sari dalam Salbiah & Idris, 2022).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, simaklah cerita di bawah ini! Tentukan kata yang mengalami perubahan makna ameliorasi pada cerita tersebut!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, pasti sudah menemukan perubahan makna peyorasi pada cerita di atas. Apakah kata yang Saudara itu sudah benar? Mari simak pembahasan di bawah ini!
Menurut Setiowati (2022) asosiasi merupakan suatu perubahan arti kata yang diakibatkan oleh persamaan sifat pada kata-kata. Makna Asosiatif dapat disatukan dengan benda lain yang dirasakan memiliki kesamaan sifat. Makna asosiatif biasa disebut juga dengan kata kiasan. Asosiasi berkaitan dengan peralihan makna yang mengakibatkan suatu kata memiliki sifat sama. Hal ini, masyarakat pengguna bahasa mengaplikasikan makna asosiasi untuk menjelaskan suatu konsep yang mempunyai kesamaan dengan keadaan, ciri, atau sifat pada konsep awal leksem atau kata. Masyarakat pengguna bahasa sering memakai makna asosiasi untuk mengungkapkan perasaan melalui rangkaian kata. Rangkaian kata dibuat untuk merangkai kalimat dalam menyatakan suatu hal (Ramdani, 2015).
Saudara mahasiswa, dapat diketahui asosiasi merupakan peralihan makna yang diakibatkan oleh persamaan sifat suatu kata. Sebagai contoh, mari simak cerita dan pembahasan di bawah ini!
Saudara simak dan pahamilah pembahasan di bawah ini!
Menurut Saryono & Soedjito (2021) pertukaran tanggapan atau biasa disebut sinestesia merupakan peralihan makna yang berlangsung akibat pertukaran suatu serapan atau tanggapan pada dua indra yang berbeda. Apabila tidak terjadi pertukaran serapan antara dua indra maka tidak terjadi sinestesia. Gejala sinestesia terjadi dikarenakan penggabungan tanggapan atau serapan pada 2 indra.
Menurut Rohbiah (2017) sinestesia terjadi karena pertukaran persepsi antara dua indra berbeda. Seperti indra pendengar ke indra penglihatan, indra pendengar ke perasa, dan pertukaran antara dua indra lain. Sebagai contoh ujaran “pidato itu hambar”. Awal mula kata hambar dirasakan oleh indra perasa (lidah) yang berarti tidak berasa. Namun kata hambar dalam ujaran “pidato itu hambar” dirasakan oleh indra pendengar yang berarti kurang menggairahkan dan monoton.
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, mari simak cerita di bawah ini! Kemudian, Saudara cari sinestesia pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, apakah Saudara sudah menemukan sinestesia pada cerita di atas? Apabila belum mari simak penjelasan di bawah ini dengan seksama!
Setelah Saudara mahasiswa menyimak tentang perubahan makna. Coba Saudara mahasiswa buat satu cerita tentang antiperundungan! Kemudian berikan perubahan makna yang tepat pada cerita Saudara!
Kata baku adalah kata yang ditulis atau diucapkan seseorang disesuaikan dengan pedoman atau kaidah yang dibakukan (Kosasih dan Hermawan, 2012). Kata baku adalah suatu kata yang biasa digunakan pada ruang lingkup resmi atau formal. Penulisan kata baku sinkron memakai kaidah kebahasaan yang dibakukan. Hal ini tidak suatu kata yang dikaji melalui ejaan, gramatikal, dan kenasionalan ketika ditulis maupun diucapkan (Devianty, 2021).
Setelah Saudara mahasiswa menyimak pembahasan di atas, Coba Saudara tentukan kata baku yang terdapat pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, apakah Saudara sudah menemukan sinestesia pada cerita di atas? Apabila belum mari simak penjelasan di bawah ini dengan seksama!
Menurut Prihantini (2015) kata nonbaku adalah suatu kata yang teknik penulisan atau pengucapan tidak mencakup standar kaidah yang telah ditetapkan. Kata nonbaku tidak mencakup kaidah atau pedoman yang berada pada kamus umum bahasa Indonesia, tata bahasa baku, dan pedoman ejaan atau disebut EYD.
Setelah Saudara menyimak pembahasan mengenai kata nonbaku. Mari simak cerita di bawah ini! Kemudian tentukan kata nonbaku yang terdapat pada cerita di bawah ini!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, apakah Saudara sudah menemukan sinestesia pada cerita di atas? Apabila belum mari simak penjelasan di bawah ini dengan seksama!
Fungsi bahasa baku
Bahasa baku memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
Ciri-ciri bahasa baku
Berikut ciri-ciri bahasa baku. Antara lain.
Kemantapan dinamis meliputi aturan dan kaidah tetap. Standar atau baku tidak beralih setiap waktu. Kemantapan ini disisi lain bersifat dinamis atau tidak kaku namun cukup luwes. Kemantapan ini memiliki kemungkinan terhadap perubahan di bidang peristilahan dan kosakata yang teratur dan bersistem (Ngalimun, 2022).
Kecendekiawan bahasa terwujud pada satuan bahasa, kalimat, dan paragraf yang menjelaskan pemikiran atau penalaran yang logis dan teratur. Tahap pencendekiawan bahasa penting, ilmu dan teknologi bersumber pada bahasa asing. Proses berpikir cerdas bukan monopoli memiliki sifat semesta, pencendekiaan bahasa Indonesia tidak memerlukan pembaratan pada bahasa baku (Astuti, 2013).
Keseragaman bahasa standar atau baku mencapai tingkat tertentu yang berarti tahap keseragaman kaidah. Keseragaman kaidah bukan peniruan variasi bahasa atau menyeragamkan ragam bahasa (Sari & Harahap, 2021).
Kaidah karang mengarang merujuk kepada syarat kesesuaian dan keterpatan dalam pemilihan kata pada suatu karangan. Pada hal ini yang harus diperhatikan adalah ejaan, piliha kelompok frasa atau kata, pemilihan kata sesuai dengan keadaan pembaca, serta pemilihan kata secara langsung.
Kaidah karang mengarang terbagi atas beberapa level gramatikal, antara lain sebagai berikut.
Kata adalah satuan sintaksis terkecil yang berperan dalam penghubung satuan sintas yang lain seperti frasa, kalimat, dan klausa (Supartini, 2023). Sepadan dengan pendapat tersebut, Rohim (2013) mengungkapkan bahwa kata adalah satuan bahasa yang memiliki suatu definisi atau arti. Kata dalam bahasa Indonesia adalah satuan suatu bahas paling kecil yang mencakup fungsi dari sintaksis pada suatu kalimat.
Saudara mahasiswa pasti telah menggunakan beragam kata pada kehidupan sehari-hari. Baik dalam berkomunikasi maupun dalam mengungkapkan suatu hal atau suatu peristiwa. Kata merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki arti dan berperan sebagai penghubung frasa, klausa, maupun kalimat.
Frasa adalah dua kata atau lebih yang digabung yang tidak memiliki sifat predikat. Penggabungan antar kata ini bisa renggang atau rapat (Kridalaksana, 2008). Frasa merupakan suatu kelompok kata yang mempunyai kaitan fungsional antar kata namun tidak merangkai klausa secara lengkap. Frasa mencakup sejumlah kata tetapi tidak mempunyai subjek dan predikat secara utuh. Frasa dapat dimanfaatkan sebagai penyampaian informasi atau ide yang lebih khusus dari kata tunggal (Yanti, 2024).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, tidak semua gabungan dua kata atau lebih merupakan frasa lho! Ada beberapa gabungan 2 kata atau lebih yang tergolong dalam kategori kata majemuk. Apakah Saudara mengetahui perbedaan frasa dan kata majemuk? Coba Saudara simak cerita di bawah ini, temukanlah frasa dan kata majemuk dalam cerita!
Apakah Saudara menemukan frasa dan kata majemuk dari cerita yang telah Saudara baca? Apabila belum, mari simak penjelasan di bawah ini!
Setelah Saudara menyimak dan memahami pembahasan di atas, apakah Saudara mengetahui cara membedakan frasa dan kata majemuk? Apabila Saudara belum mengetahui, simaklah penjelasan di bawah ini!
Saudara mahasiswa pasti sudah dapat membedakan antara frasa dan kata majemuk. Sebagai contoh perbedaan frasa dan kata majemuk, Saudara simak cerita dan penjelasan di bawah ini!
Simaklah penjelasan frasa dan kata majemuk di bawah ini!
Saudara mahasiswa pasti sudah mengetahui bahwa perbedaan frasa dan kata majemuk adalah keterpisahan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Parera (2007) yang mengungkapkan bahwa tidak ada ciri khas yang dapat membedakan frasa dan kata majemuk. Perbedaan kata majemuk dan frasa adalah keterpisahan. Kata majemuk tidak dapat diberikan penyisipan kata lain pada unsur pembentuk. Sedangkan frasa dapat disisipi oleh kata lain di antara kata pembentuk.
Klausa adalah satuan gramatikal yang berbentuk kata dengan sifat gramatikal yang digabung. Klausa mencakup mengenai subjek dan predikat. Unsur subjek dan predikat menjadi ketentuan minimal dari kalimat penuh. Klausa merupakan penggabungan suatu kata yang berkesempatan menjadi suatu kalimat (Huda, 2021).
Setelah Saudara mahasiswa menyimak pembahasan dan contoh klausa di atas. Coba Saudara tentukan subjek dan predikat pada contoh klausa di bawah ini!
Menurut Widiyarto (2017) kalimat adalah dua kata atau lebih yang digabungkan sehingga menghasilkan suatu pola intonasi akhir dan suatu definisi. Kalimat dikelompokkan berdasar fungsi dan jenis. Pada kalimat terdapat unsur-unsur meliputi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Pemahaman mengenai susunan kalimat sangat urgen dalam menggunakan bahasa. Penempatan dan pemilihan kata pada kalimat memiliki peran yang urgen dalam pengertian makna kalimat.
Perhatikan contoh kalimat beserta unsur-unsur kalimat di bawah ini!
Setelah saudara menyimak pembahasan dan contoh dari kalimat, Coba tentukan unsur-unsur kalimat pada cerita di bawah ini
Paragraf adalah sekelompok gabungan kalimat yang mendeskripsikan suatu topik atau gagasan. Kalimat yang ada pada paragraf menunjukan kesatuan beberapa pikiran dan memiliki hubungan dalam membuat suatu pokok atau gagasan tersebut (Kusuma, 2018). Paragraf dibentuk dengan awalan topik yang disampaikan oleh penulis. Satu paragraf ideal memiliki minimal 3 kalimat berisi satu kalimat pokok beserta beberapa kalimat penjelas. Dalam satu paragraf meliputi satu ide pokok. Ide yang dijelaskan saling berkaitan secara logis, nyata, dan runtut. Ide yang diungkapkan dalam paragraf menjadi kesatuan yang padu (Setiawati dkk., 2017).
Saudara mahasiswa yang cendekiawan, simaklah cerita di bawah ini! Kemudian tentukan, apakah cerita ini termasuk dalam paragraf?
Untuk mengetahui, apakah jawaban saudara sudah tepat atau belum, mari simak penjelasan di bawah ini!
Setelah saudara menyimak pembahasan mengenai paragraf, buatlah cerita dengan tema antipelecehan seksual dalam 1 paragraf!
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki ciri khas dalam kaidah makna, kaidah sosial, dan kaidah karang mengarang. Kaidah makna dalam bahasa Indonesia meliputi sinonim, antonim, denotasi, konotasi, kata abstrak, kata konkret, kata umum, kata khusus, kata populer, kata kajian, jargon, dan slang. Dalam kaidah makna terdapat perubahan makna seperti generalisasi, spesialisasi, ameliorasi, peyorasi, asosiasi, dan sinestesia.
Kaidah sosial dalam bahasa ilmiah mencakup penggunaan kata baku dan nonbaku. Kata baku memiliki fungsi sebagai pemersatu, pembeda, serta penanda kewibawaan, serta berfungsi sebagai kerangka acuan. Ciri-ciri bahasa baku termasuk kemantapan dinamis, kecendekiawan, dan keseragaman kaidah, yang memastikan konsistensi dan kejelasan dalam komunikasi resmi dan akademis.
Kaidah karang mengarang mencakup penggunaan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf. Kata adalah unit dasar bahasa, frasa adalah gabungan kata tanpa predikat, klausa mencakup subjek dan predikat, sementara kalimat terdiri dari elemen-elemen tersebut. Paragraf menyatukan kalimat untuk menyampaikan satu ide utama secara jelas dan teratur.
Time’s up
Saudara mahasiswa yang cendekiawan. Simaklah beberapa indikator di bawah ini yang akan menjadi petunjuk bagi saudara mahasiswa untuk mengerjakan soal evaluasi!
Saudara mahasiswa yang cendekiawan. Setelah membaca dan memahami indikator di atas. Saudara mahasiswa diharapkan dapat mengerjakan evaluasi di bawah ini
Aji, R. B. (2013). Cara Smart selesaikan semua soal Bahasa Indonesia dalam hitungan detik! SD kelas IV, V, VI. Yogyakarta: Quantum ilmu.
Ali, K. M. U. (2019). Lafal Bahasa Indonesia baku sebagai Bahasa Resmi Negara Indonesia. At-Ta’lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 12(2), 266-277. http://dx.doi.org/10.29300/attalim.v12i2.1634.
Alwi, H., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2014). Tata bahasa baku Bahasa Indonesia (Cetakan IX). Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero).
Anam, A. (2023) Bahasa Indonesia (cara mudah menulis karya ilmiah). Lamongan: Academia Publication.